Surakesti
ARYA SURAKESTI adalah putra Arya Sakuni, patih negara Astina dengan Dewi Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Ia mempunyai dua orang saudara kandung masing-masing bernama ; Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.
Arya Surakesti menikah dengan Dewi Aswati dan mempunyai seorang putra bernama Arya Kestawa. Arya Surakesti memiliki perwatakan; berani, pendian, baik tingkah lakunya dan ingin selalu berbuat kebenaran.
Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Surakesti yang tadinya bersikap netral, akhirnya memutuskan untuk memihak Pandawa. Sebagai bukti kesetiaannya pada Pandawa, Arya Surakesti membeberkan/membuka rahasia kesaktiaanya dan kematian ayahnya, Arya Sakuni.
Secara moral life life script Arya Surakesti ini mengandung etika yang bertentangan. Sebagaimana dilema etika yang memperangkap Sanjaya dan Gunawan Wibisana. Sanjaya yang mengatasnamakan kebenaran dianggap melakukan pengkhianatan kepada negara Astina. Ketika ia tiba-tiba membelot ke pihak Pandawa. Wibisana dianggap berkhianat ketika menyebarang ke Ramawijaya. Demikian juga Arya Surakesti, ia tega membuka rahasia kematian ayah kandungnya sendiri dengan dalih membela kebenaran? Mana yang lebih utama?
Sebaliknya Adipati Karna yang menjunjung tinggi etika kesetiaan, berani bersikap dengan melawan Pandawa sebagai simbol kebenaran. Loyalitas dan kesetiaan Karna mendapat nilai positif oleh Mangkunegara IV seperti yang digubah dalam Serat Tripama; Tiga tokoh tauladan yang berjiwa patriotik dan menjunjung etika kesetiaan. Tiga tokoh tauladan itu adalah Karna, Kumbakarna dan Patih Suwanda.
Setelah perang Bharatayuda berakhir, Arya Surakesti dinobatkan menjadi raja negara Gandara menggantikan Prabu Gandara yang telah mangkat.